Kamis, 20 Desember 2018

Mahasiswa Unesa Juga Persoalkan Pembelian Mebel Gedung Kampus Lidah Wetan

Mahasiswa Unesa Juga Persoalkan Pembelian Mebel Gedung Kampus Lidah Wetan
Setelah melaporkan pada aparat hukum tentang dugaan korupsi pada pembelian mebel untuk gedung kampus Unesa (Universitas Negeri Surabaya) ketintang, sebesar Rp. 6 milyar, para mahasiswa Unesa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Unesa (KAMU) juga mempersoalkan pembelian mebel untuk gedung kampus Unesa lidah wetan.

Yang disorot adalah:
1. Pengadaan mebelair kampus Unesa lidah wetan (PIU-IDB) dengan kode tender 325162
    senilai Rp. 12,5 milyar
2. Pengadaan mebelair custom dan interior gedung kampus Unesa lidah wetan (PIU-IDB) dengan kode tender 324162
    senilai Rp. 3,75 milyar

Arief Winoto, ketua KAMU menyatakan bahwa masa kontrak pekerjaan pembelian mebel ini sudah habis, dimana tanggal 15 Desember 2018 seharusnya pengusaha yang melaksanakan pekerjaan sudah harus menyelesaikan pekerjaannya. Akan tetapi anehnya sekarang sudah tanggal 20 Desember, pekerjaan interior belum tampak dimulai, dan mebel belum ada yang dikirim.

"Dengan keadaan seperti ini, bisa saja orang akan menganggap bahwa pembelian mebelair dan pengerjaan interior ini adalah proyek fiktif", kata Arief.

"Kalau hal ini diulang2 seperti pembelian mebel di tahun2 sebelumnya, dimana mebel baru dikirim pada pertengahan tahun depan, tentunya itu bisa mengganggu kegiatan belajar mengajar civitas akademika Unesa", tuturnya.

Selain menyoroti kenapa sampai masa kontrak pekerjaan sudah habis, tapi proses pekerjaan pembelian mebelair itu belum jelas juntrungannya, Arief juga melaporkan pada aparat hukum tentang adanya aroma persekongkolan pada pembelian mebel gedung kampus Unesa tersebut.

"Bisa dilihat, meski mebelair yang dibeli itu barangnya sama persis dan pengusaha penyedia mebelair-nya juga orang yang sama, ternyata harga per mebel pada pembelian dalam pengadaan yang satu, ternyata harganya bisa jauh lebih mahal dibanding pada pembelian dalam pengadaan yang lainnya. Padahal waktu pembelian mebel Rp. 6 milyar dan pembelian mebel Rp. 12,5 milyar, cuma selisih beberapa hari saja", ungkap Arief.

"Aneh bukan? Bisa saja orang akan menduga bahwa dalam pembelian2 mebel itu ada mark-up harga", pungkasnya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar